Monday, June 2, 2008

FPI = Front Preman Indonesia?

Minggu sore yang tenang berubah menjadi gelisah kacau begitu melihat berita di salah satu TV swasta. FPI lagi-lagi membawa berita. Sudah seperti biasa, bukan aksi simpatik, tapi aksi antipatik. Aksi penyerangan lagi-lagi menjadi "berita" setiap kali FPI naik menjadi bintang. Kali ini yang menjadi ketika beberapa orang dari aliansi kebangsaan untuk kebebasan beragama dan berkeyakinan (AKK-BB) terluka diserang massa yang memakai atribut FPI. Hari itu rencananya aksi damai ini akan berjalan dari Monas menuju Bunderan HI. Namun aksi ini batal karena penyerangan itu. Banyak korban luka akibat aksi preman jalanan ini.

Jubir FPI mengatakan bahwa aksi penyerangan ini dilakukan karena massa dari berbagai ormas pluralisme ini ingin mendukung eksistensi Ahmadiyah. Padahal Ahmadiyah jelas-jelas sudah dibubarkan melalui Bakor Pakem. Namun disisi lain, SKB Ahmadiyah dari pemerintah melalui tiga menteri hingga kini tak kunjung ada. Baginya tak ada lagi negosiasi dengan eksistensi Ahmadiyah. Ahmadiyah katanya adalah organisasi kriminal. Jadi apapun yang dilakukan harus ditumpas. Yang disebut kriminal itu apa sih? Bukankah kriminal itu adalah sebutan bagi mereka yang melakukan perusakan, penghancuran, bertindak kriminil. Ini kata bung wikipedia:seorang kriminal adalah seseorang yang melakukan sesuatu yang melanggar hukum atau sebuah tindak kejahatan. Perbuatannya disebut kriminalitas atau tindak kriminal. Biasanya yang dianggap kriminal adalah seorang maling atau pencuri, pembunuh, perampok. Dari terjemahan bebas arti kriminal ini saja, FPI sudah salah mengartikan. Sementara Ahmadiyah tak pernah kedengaran melakukan perusakan dan kekerasan terhadap orang lain, juga tidak pernah merusak fasilitas umum dan mengganggu milik pribadi dengan dalih memberantas judi dan maksiat. Ahmadiyah yang terdengar adalah kelompok yang cinta akan kedamaian. Bahkan ketika terjadi penyerangan dan pembakaran mesjid Ahmadiyah di beberapa wilayah di tanah air, massa Ahmadiyah tak pernah sekalipun terdengar membalasnya. Terakhir malah terdengar untuk memperingati hari kebangkitan nasional mereka menggelar berbagai donor darah dan pengobatan bagi rakyat miskin. Jadi siapa lebih yang kriminil?

Walau desakan dari banyak tokoh dan organisasi mengemuka untuk membubarkan FPI dan ormas sejenis, namun hingga kini pemerintah tak bergeming. Entah apa alasannya. Padahal jelas-jelas, tak ada gunanya keberadaan mereka, kecuali kekacauan dan ketidaknyamanan di berbagai penjuru negeri ini. ketika negara tidak mampu melindungi rakyatnya dari kekerasan akibat perbedaan sikap dan pendapat, artinya negara sudah gagal menjalankan fungsinya. Mengutip seorang kawan: ketika kekacauan sudah merebak itu artinya pertanda demokrasi telah mati. Belajar dari kasus kemarin, (tidak adanya aparat keamanan yang memadai) ketika aksi itu berlangsung, makin memperkuat kegagalan pemerintah melindungi rakyatnya. Lantas apa yang bisa diharap dari pemerintah kalau begitu?

Yang membuat sesak dada adalah kekerasan ini selalu dan selalu dilabeli dengan nama agama. Agama dipakai sebagai legalisasi kekerasan untuk menindas kelompok lain yang tidak seirama. Padahal kelompok ini juga berasal dari agama tersebut. Lha jika dalam satu agama saja tidak bersahabat bagaimana akan bersahabat dengan kelompok agama lain?
Artinya kebebasan beragama yang digadang-gadang Pancasila butir 1 menyisakan bopengan noda. Noda yang dibuat sendiri oleh mereka yang katanya paling "beragama". Selamat memperingati hari lahir Pancasila yang ternoda.

2 comments:

Anonymous said...

Ini SMS provokasi dari FPI disebar hari ini:

“Ass. Segenap Aktivis FPI di Indonesia WAJIB SIAGA PERANG LAWAN AHMADIYAH & PENDUKUNGNYA. Bentrok LASKAR ISLAM & PENDUKUNG AHMADIYAH di monas, krn:1.Aksi BELA AHMADIYAH adl Aksi Nantang Islam. Dlm Orasi mereka nyatakan bhw Laskar Islam adl Laskar Syetan Kafir. 3. Mereka acungkan pistol ke Laskar Islam. Sebar!”

Source:usadiqmarhaban.wordpress.com/2008/06/02/astaghfirullah-saya-baru-saja-terima-sms-horor/

hidoep@perjoeangan said...

Ya repot jika yang dikedepankan hanya emosi dan okol semata. Tak akan pernah menyelesaikan masalah, malah makin menambah masalah baru.