Monday, February 24, 2014

Mas Parkir

Sebuah pagi. Langit masih muram. "Harus cepat nih, kalau tidak bisa basah kuyup seperti tempo hari" gumam saya. Segera pamitan dengan orang rumah dan berlalu.

Kuda besi lawas segera dipacu. Melintasi 3 kelokan, tiba juga di jalan agak besar itu. Banyak sekali motor mengambil arah berlawanan saya. "Ada apa ya" batin saya. "Pasti ada yang gak beres". Dan betul parkir massal menyergap di depan mata. Dengan sabar saya memutuskan untuk tetap mengambil jalur itu. Sebab diujungnya berupa perempatan biasanya tidak terlalu stuck dibading jalanan sebelah yang sedari tadi menggoda karena kelancarannya. Jalanan sebelah biasanya lebih lancar, tetapi perempatannya seringkali bikin kepala nyut-nyutan. 

Setelah berjibaku 30 menitan lebih, tiba juga di kantor. Eng ing eng, baru sadar jika kartu langganan parkir tertinggal. "Damn!!!" "Ya sudah alamat keluarin duit untuk bayar parkir". Kebodohan serupa pernah juga saya alami, meski tidak sering. Pengalaman yang sudah-sudah, setiap kali tidak membawa kartu parkir langganan pasti bayar sama seperti orang pada umumnya yang tidak berlangganan. Itu adalah aturan yang tidak bisa diganggu gugat. Seharian cuma 10 ribu. Tapi meski cuma 10ribu kan lumayan juga. He..:) Ya sudah terima saja kebodohan pagi ini!!!

Siangnya saya keluar kantor untuk sebuah urusan di bank. Dan betul saja ketika di pintu keluar saya harus membayar 5000. Saya bilang ke petugas loketnya kalau kartu saya tertinggal, tapi dia bilang harus tetap bayar. Ya sudah. Lembaran Teuku Imam Bonjol itu berpindah cepat. Saya pun berlalu. 

Kembali dari urusan di bank, saya pencet tombol tanda parkir. Dan si hitam segera terparkir. Itu artinya 5000 lagi harus saya siapkan lagi ketika nanti pulang.

Waktu berlalu cepat. Sekitar pkl 19.00 saya keluar kantor. Dari kejauhan saya melihat petugas jaga loket parkir sudah berganti shift. Yang siang tadi memang orangnya ramah. Sering tegur sapa, juga tersenyum. Dan yang kali ini, mas yang biasanya dinging, kaku, jarang menegur. Cara kerjanya pun mirip robot. Tanpa berbicara biasanya segera dia ambil kartu, gesek, dan cepat mengembalikan sambil memencet tombol agar portal terbuka tanda kita boleh jalan terangkat. Itu semua dilakukan hanya dalam hitungan detik. 

Tapi hari itu dia agak berbeda. Ketika saya sodorkan kertas parkir, dia tanya kartu langganan. Alih-alih segera minta bayaran parkir, dia justru segera mengontak kawannya di kantor yang tak jauh dari loketnya. dan ketika kawannya tidak merespon, segera dipacu beat-nya ke kantor untuk mendata nomor langganan  saya. Tak sampai satu menit, dia sudah tiba lagi di loket. "Pak ini nomor langganannya dicatat ya, jadi kalaupun tidak membawa kartu langganan gak harus bayar" jelasnya. "Ok mas, terima kasih ya", sambut saya. 

Hari itu saya merasakan ada yang berbeda. Mas yang biasanya begitu pelit senyum, negur orang saja jarang terlihat. Tapi justru hari itu saya banyak dibantu. Dari segi nominal mungkin tidak seberapa. Tapi ketulusan dia dalam melayani saya patut acungkan 2 jempol. Perkataan "don't judge the book from the cover" ada benarnya juga. 

Terima kasih mas parkir.