Tuesday, September 27, 2011

Berpijak Membumi

Kita perlu melihat. Melihat untuk merasakan. Merasakan yang sebenarnya. Apa yang sesungguhnya terjadi. Menyelami apa yang sedang berlangsung. Melihat ke bawah, kita pasti akan merasakan, betapa kita harus mensyukuri hidup kita. Setidaknya kita cukup makan, cukup minum. Bandingkan dengan mereka yang harus hidup berdesakan di kolong tol atau di gubuk-gubuk semi permanen di pinggir rel kereta. Atau bandingkan kita dengan mereka yang hidup di petak 2 x 2, yang disesaki 12 orang? Dimana untuk tidur saja mereka harus bergantian karena tempatnya tidak muat? Bagaimana dengan mandi, cuci, buang hajat mereka? Melihat semuanya kita pasti bersyukur dengan semua yang kita miliki sekarang.

Tapi untuk lebih bersemangat dalam penghidupan, kita perlu juga untuk melihat ke atas. Menyerap semangat kesuksesan orang lain. Merasa tips & trik mereka bisa seperti sekarang ini. Juga belajar untuk seperti mereka, meski kita tak akan pernah bisa menjadi mereka. Tapi setidaknya kita bisa menyerap gelora semangat bagaimana perjuangan kesuksesan mereka. Tak dipungkiri, ada kalanya memang kita akan merasa serba tertinggal. Dari dulu sampai sekarang kok seperti ini saja?

Tapi bukankah untuk mencapai tingkat 100, kita harus menapak setingkat demi setingkat? Setahap demi setahap? Mereka bisa seperti sekarang tentu butuh proses. Memang kita terkadang tidak sabar untuk melalui proses. Kita maunya langsung dapat hasil. Terlihat dan nyata. Kita mungkin merasa stag, padahal mungkin saja memang prosesnya perlu waktu. Tak ada yang instan di dunia ini. Serangkaian proseslah yang menentukan, yang membentuk. Selama kita bersungguh-sungguh, apa yang kita harapkan tak lama lagi pasti tercapai. Semoga.

*) ditulis di Stasiun Senen.