Monday, February 4, 2008

Banjir Jakarta: Ahli yang Gak Ahli!

Seperti tahun lalu, ketika hujan besar datang, Jakarta diserbu air. Topografi Jakarta yang 40 % dibawah permukaan air laut, membuat Jakarta selalu tergenang ketika air berlimpah. Tak hanya kawasan langganan banjir saja yang diserbu, tapi juga istana negara tak luput dari amukan air bah. Semua aktivitas serentak terhenti. Transportasi mati, listrik mati, demikian pula air mati. Bisa dibayangkan berapa total kerugian akibat kesalahan me -manage kota ini.
Kebetulan sekali, ketika banjir datang aku ada dirumah. Jadi sempat beberes. Berita banjir kami pantau via radio juga TV. Ternyata banyak sekali wilayah yang terendam. Antara 30 cm hingga 2 M. Foke, gubernur DKI yang baru kepilih, di TV bilang kalau curah hujan yang tinggi yang menyebabkan banjir. Lho Kok bisa? Aku masih ingat waktu kampanye kemarin, salah satu tagline jualan dia adalah: SERAHKAN AHLINYA!. Kalau banjir aja nyalahin air ujan, dimana keahliannya Bang Kumis? Kalau emang gak bisa ngurus nih kota ya bilang aja. Gak usah cari kambing item nyalahin alam. Kalau gak salah satu hukum archimedes kan bilang: kalo air itu selalu mencari daerah yang lebih rendah. Nah, kalo udah gitu masak mau nyalahin air? Emangnya air bisa disalahin?
Banjir kali ini emang gak ada duanya. Jika kemarin-kemarin gak pernah masuk kamar, banjir kemarin sempat bikin becek kamarku. Beruntung gak ada barang yang kena air. Semua kamar kos gak ada yang luput. Tapi masih beruntung air & listrik masih nyala. Jadi walau agak becek, kita masih bisa nonton DVD di ruang tamu. Hi........Selalu ada kesenangan diatas ketidaksenangan. Demikian juga selalu ada ketidaksenangan diatas kesenangan. Pasokan air bersih juga sama sekali gak keganggu. Ini berbeda terbalik dengan kondisi beberapa titik. Seperti tol Sedyatmo menuju Bandara, Rawa Buaya, dst. Bahkah jalan protokol Thamrin air setinggi paha orang dewasa. Jl. Sabang, yang jadi pusat jajan makan di kala malam hari, air setinggi leher orang dewasa. Gile kan. Ada teman yang tinggal di rusun Cengkareng, hingga 2 hari mati listrik & air. Di TV, bandara Soekarno Hatta seperti pasar tumpah. Amarah penumpang yang tak terangkut menjadi-jadi. Apalagi pihak maskapai menganggap hangus bagi mereka yang terlambat sampai bandara. Bahkan tak kurang ribuan orang yang memilih mengungsi di bandara. Jadi kalau mau melihat, bandara internasional di jadikan tempat mengungsi, adanya cuma ada di Indonesia. Ha..........
Umpatan banyak terlontar dari warga. Mereka menyalahkan pemerintah yang tidak pernah belajar dari pengalaman banjir tahun lalu. Gorong-gorong mampet. Drainase macet. Sampah dimana-mana. Lantas apa saja kerja "Sang ahli" 100 hari kemarin? Makanya serahkan saja sama "AHLINYA". Ahli yang gak ahli! Mungkin dia cuma ahli pelihara kumis kali ya.

No comments: