Debat kusir keberadaan tuhan hingga kini masih terjadi. Salah satu peserta diskusi pemutaran film dokumenter di perpus depdiknas bahkan sampai mengatakan, apa gunanya membahas keberadaan tuhan. Dewi Lestari, penulis Filosofi Kopi & Supernova, bahkan mengatakan bertanya tentang tuhan sama bodohnya dengan pertanyaan apakah kita percaya cinta? Saya percaya tuhan saya. Anda silahkan percaya tuhan anda. Titik. Habis perkara. Pengertian dan penghormatan atas tuhan masing-masing adalah jalan keluarnya. Sudah tak perlu diperdebatkan. Titik. Selesai.
Namun tak jarang kita jumpai adanya "pemaksaan" bahwa saya harus mengakui agama anda. Pernah suatu kali, aku berdiskusi tentang tuhan oleh seorang teman yang berakhir "ricuh".
"Kamu percaya tuhan" tanyanya.
"Percaya" jawabku.
"Apa buktinya kalau kamu percaya" tanyanya lagi.
Lalu aku balik bertanya.
"Kamu percaya tuhan itu ada"
"Percaya". "Tuhan itu emang ada kok" jawabnya mantap.
"OK ok" anggukku.
"Batu ada siapa yang menciptakan?" tanyaku kemudian.
"Tuhan" jawabnya cepat.
"Kalau begitu kamu juga percaya dong kalau segala sesuatu yang ada itu ada yang menciptakan?" sambungku.
"Iya" ujarnya.
"Nah, kalau kamu percaya bahwa tuhan itu ada dan segala sesuatu yang ada itu ada yang menciptakan, artinya tuhan ada yang menciptakan dong?" sergahku. Yang menciptakan tuhan ya Tuhan itu sendiri. Nah lho??
Ya pokoknya aku percaya. Titik. Itulah akhir perbincangan. "Ya udahlah gak usah dibahas" ungkapnya sedikit kesal.
Lamat-lamat aku berpikir. Sebenarnya alam semesta dan hidup ini siapa yang mengatur sih? Kalau tuhan yang mengatur, kenapa di satu daerah dikasih bencana sementara di tempat lain dikasih pesta pora? Mengapa ada yang dirampok? Mengapa selalu saja ada tindak kejahatan? mengapa ada saja yang diperkosa? mengapa ada saja ketidakadilan? kebatilan? Juga penggusuran rakyat kecil? Kalau begitu tuhan tidak adil dong? tuhan tidak sayang umatnya dong? Kok tega-teganya tuhan membiarkan itu semua terjadi? Kalau itu semua adalah cobaan, mengapa tuhan memberi cobaan dasyat tsunami di Aceh yang menewaskan ratusan ribu rakyatnya? Apa itu salah tuhan? Kalau salah siapa yang berkewajiban membela? Jangan-jangan tuhan memang tak perlu dibela? Seperti kata Gus Dur. Jika memang tuhan itu maha pemurah, kenapa apa yang kita minta tak selalu diberi? Jangan-jangan benar kata Marco K, ketua dewan kesenian Jakarta, bahwa sering kali manusia berdoa tapi ternyata tuhan mengecewakan! Nah?!
Aku sendiri percaya bahwa ada "kekuatan" di luar sana yang demikian dasyat. Entah apa namanya. Yang pasti aku sendiri sampai sekarang masih sedang mencari tuhan. Apa memang sekarang tuhan sudah mati? Menyitir lagu dangdut, kalau sudah mati, dimana kuburnya?
No comments:
Post a Comment