Sunday, June 16, 2013

Harga Kepercayaan

Hari masih pagi ketika saya dan kawan meluncur ke barat Jakarta. Lalu lintas pagi tidak begitu ramai karena memang hari itu libur tanggal merah. Kuda besi hitam kawan mulus melaju. Meski tahun lama, tapi tenaganya masih kuat. Tujuan kami hari itu adalah rumah bisnis kawan. Saya ingin melihat dan belajar tepatnya. Beruntung kawan bermurah hati membagi. Tak banyak orang yang mau dimintai ilmu bisnisnya. Tak banyak juga bisnis yang mau "membuka" dirinya terhadap orang lain. 

Tak berselang lama, kami sampai di perumahan yang dituju. Sempat berhenti sejenak, kawan memperlihatkan selang besi yang berisi air putih limbah bisnisnya. Selang itu sendiri menempel di saluran perumahan itu. "Wid tuh liat limbahku, sengaja terpisah dari saluran" ujarnya bangga. Tepat di gang ke dua kami berhenti. Terlihat beberapa tumpukan container warna-warni. Garansi disulap menjadi pusat produksi. Kompor besar menyala. Beberapa karyawan mengaduk panci besar yang mendidih. Beberapa lainnya mengepak. Rapi dan terorganisir, itulah kesan pertamaku. Meski santai, tapi para karyawan telaten mengerjakan apa yang sudah jadi tanggung jawabnya. Rumah berlantai dua itu disulap menjadi pusat produksi bisnis kawan. Pusat semua produksi, penerimaan pesanan, administrasi, terletak di lantai satu. Sementara lantai dua dijadikan asrama untuk semua karyawan. Bisnis kawan ini meski tidak melibatkan banyak orang dan masih skala rumah tangga, tapi produknya sudah banyak tersebar di swalayan terkenal. 

Kawan terus bercerita bisnis yang sudah ditekuninya sejak 2005 silam. "Meski belum BEP, tapi kita bisa membahagiakan anak-anak dan keluarganya" ujarnya. Kawan lantas bercerita bahwa sejak pertama kali bisnis ini dimulai, modalnya cuma kepercayaan saja. "Saya tidak tiap saat kontrol kesini, anak-anak sudah tahu apa yang harus dikerjakan" lanjutnya. Kawan juga menambahkan, jika dari awal mulai driver sampai kepala produksi sudah dipesan bahwa bisnis ini bukan sekedar jualan produk. "Mereka bekerja juga bukan hanya karena butuh uang. Tapi kita bekerja untuk meraih kepercayaan. Kalau masyarakat sudah percaya sama produk kita, itu baru tolok ukur keberhasilan kita. Mereka kita didik untuk memegang teguh kepercayaan ini. Apa artinya produk kita bagus tapi masyarakat gak percaya? Bukan pula keuntungan yang kita kejar. Yang utama adalah mendapatkan kepercayaan. Keuntungan itu akan jadi bonus kalau kita sudah mendapatkan kepercayaan" ujarnya berapi-api. Aku hanya manggut-manggut saja menanggapi. "Driver juga kita ajarin betapa pentingnya produk ini sampai ke pelanggan dengan selamat dan tepat waktu" imbuhnya. 

Hari itu aku belajar sebuah harga kepercayaan. Harga yang murah sekaligus mahal. Murah karena sebetulnya tidak memerlukan biaya yang banyak, tapi juga mahal ketika kepercayaan itu terciderai oleh tingkah yang kurang terpuji. Terima kasih kawan untuk pembelajarannya hari itu. Semoga bisnismu makin maju ya. 

No comments: