Thursday, June 13, 2013

anatta

Beberapa minggu lalu saya dan istri ke vihara. Sudah agak lama kami tidak beribadah. Kami putuskan untuk menyambangi vihara tempat kami menikah hampir 2 tahun silam, Saddhapala yang memang tak jauh dari rumah kami. Kebetulan masih dalam suasana Waisak, sebuah hari besar agama kami. Ada perasaan berbeda setiap kali menginjakkan kaki ke tempat ini. Ada damai terasa. Sandal kami letakkan di tempat yang memang sudah disiapkan. Masuk ke tempat ibadah kami memang harus bertelanjang kaki. 

Hampir setiap minggu, setiap puja bakti (sembahyang) selain baca paritta, juga ada penceramah. Hari itu kebetulan yang ceramah adalah Pak Handaka Vijjananda, founder Ehipassiko, sebuah yayasan yang banyak bergerak di bidang penerbitan, pelatihan, juga penyuluhan agama Buddha. Mom Han, biasa Pak Handaka di sapa. Semua orang yang ditemui biasa dipanggil Mom. Kenapa Mom? Meski kita seorang laki-laki? "tanya saya suatu kali. Mom Han, menyakini bahwa di kehidupan lampau, kita semua pernah menjadi seorang ibu dan pernah juga menjadi keluarga kita. Dan untuk menghormati sosok Ibu, setiap orang dia sapa "Mom".

Mom Han, selalu membawakan ceramahnya berbeda dengan yang lain. Tidak pernah duduk. Tidak pernah diam. Tapi selalu berdiri, sama seperti sedang berdemonstrasi. Mom Han, termasuk penceramah yang saya gemari. Materi yang dibawakan selalu kontekstual. Jarang sekali dia mengutip sesuatu yang diluar nalar kita. Semua disajikan segar. Jadi mudah mencerna dalam-dalam. 

Mom Han, hari itu berbicara tentang anatta. "Wah topik berat nih" batinku. Tak banyak orang yang bisa menjelaskan anatta secara gamblang, bahkan termasuk bhikkhu sekalipun. Anatta adalah salah satu dari trilogi agama Buddha selain Anicca (semua hal yang terkondisi tidak kekal) dan Dukkha (penderitaan). Anatta itu artinya tanpa ego, tanpa aku. 

Menurut Mom Han setidaknya ada 6 cara agar kita terbebas dari anatta:
1. Aku berubah, maka dunia berubah.
2. Sadari bahwa aku ini kotor.
3. Kotoran itu ada di dalam, bukan di luar.
4. Berlatih welas asih, kasihani semua makhluk.
5. Semua ini hanya pikiran yang muncul dan berlalu.
6. Ulangi ke-5 tahap ini seribu kali. 

Konsep terakhir dia pilih sebagai jawaban atas pertanyaan jika kita belum bisa melakukan step 1-5 secara sungguh-sungguh. Kalau diulangi terus apa memang tidak bisa? Jadi ingat konsep 1=21. Ternyata untuk membangun sebuah kebiasaan diperlukan 21 kali melakukan kegiatan tersebut secara berturut-turut tanpa putus. Misalnya kita mau bangun pagi setiap hari pukul 6, itu harus kita lakukan selama 21 hari berturut-turut. Niscaya kita akan bisa bangun pagi tepat jam 6 setiap harinya. Silahkan dicoba deh. He...:)

Pemahaman konsep anatta memang tidak mudah.

No comments: