Perawakannya agak kurus tinggi. Sorot matanya tajam. Meski tajam, namun kelopak matanya agak menjorok ke dalam. Bicaranya ceplas ceplos seperti kebanyakan orang Betawi. Agus Sadikin namanya. Berbagai jenis narkoba pernah masuk ke dalam badannya. Mulai dari ekstaksi hingga heroin. Semua hampir pernah di cobanya. Semua berubah ketika ia mendapati beberapa temannya bergelimpangan karena OD. Ketika itu pula puluhan konseling dan rehabilitasi dijalani.
Setahap demi setahap proses rehab ia jalani. Tak cuma medis tapi juga psikis. Hingga akhirnya ia menemukan jalan bertemu dengan “After Care” sebuah lembaga yang didirikan dr. Aisyah yang memang khusus bergerak menangani mantan pengguna narkoba. Perjumpaan yang berkesan. Apalagi di dalam After Care, banyak program sengaja dibuat bagi para mantan pemakai narkoba ini. Bagi Agus, “After Care’ tak hanya menyelamatkan nyawanya, namun juga menyelamatkan seluruh hidupnya. Sebab di lembaga ini tak hanya dilakukan pendampingan medis, namun juga dibekali berbagai ketrampilan. Seperti membuat kerajinan dari koran bekas, main musik, hingga kursus brodcasting.
Tiap tahun “After Care” memiliki tema besar dalam “menggembleng” mantan pecandu. Untuk tahun ini, multimedia menjadi temanya. Maka kursus broadcasting di pilih. Mereka diajari teknik kamera, pengambilan gambar, tata cahaya, hingga proses editing. Sebuah production house bernama 515 yang didirikan dr. Aisyah bersama suami juga menjadi tempat belajar anak-anak ini. Bahkan beberapa dari mereka talent dari proyek-proyek yang digarap PH ini.
Menurut Agus, para mantan pecandu ini memang harus sengaja diberi banyak aktivitas supaya otaknya tidak “tidur”. Kita ini ibarat otak setetes. Jadi perlu terus di beri rangsangan aktivitas. Sebab jika dibiarkan tidur sebentar saja, godaan untuk kembali ke jurang gelap itu.
Agus yang juga kehilangan adiknya karena narkoba ini pun kini tak lagi memiliki otak setetes. Ia menjadi pendamping bagi anak-anak yang masuk di “After Care”. Baginya bebas dari narkoba adalah sama halnya dengan tidak berhubungan sama sekali dengan barang haram ini. Zero, istilah dia. “Jika masih make dikit-dikit itu sama halnya dengan makin menjerumuskan diri sendiri”ujarnya. Jika sudah tercebur sulit sekali beranjak. Kuncinya ada pada diri sendiri. “Jangan pernah nyoba deh” pesan akhirnya.
No comments:
Post a Comment