Friday, September 19, 2008

Capung

Ketika kecil binatang yang satu ini biasa aku temui. Entah ketika di sawah atau ketika sedang menggembalakan kambing-kambingku. Warnanya yang khas selalu menarik perhatian. Biasanya capung hanya tak lama terbang, setelah itu hinggap di pucuk-pucuk rumput bahkan padi. Menjelang sore biasanya ia akan "berpesta" dengan berkumpul bersama sesamanya. Dengan warna warni yang berbeda "pesta" itu selalu ramai. Capung alias kinjeng biasa kita temui di sawah. Ia termasuk kelompok serangga yang tak pernah jauh dari air, tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pra dewasa anak-anaknya. Capung tidak termasuk hama. Capung bahkan menjadi sahabat para petani karena membantu mengusir beberapa jenis serangga yang menjadi hama tanaman, seperti walang sangit. Capung juga disebut helikopter karena bentuk dan cara mendaratnya hampir sama persis. Warna warni capung yang semarak membuatnya sering diburu anak-anak untuk dijadikan mainan.

Di Jawa ada kepercayaan, bahwa capung dapat juga dijadikan sebagai obat untuk menyembuhkan kebiasaan mengompol pada anak-anak. Caranya capung yang masih hidup didekatkan dan ditempelkan pada pusat si anak agar digigit. Hal yang sama juga bisa dilakukan bila mau bepergian jauh. Katanya sih, mabuk dalam perjalanan bisa dihindari dengan cara murah meriah ini. Tapi kayaknya nangkap capung gak segampang itu deh?

2 comments:

Anonymous said...

kapan kita potong kambingnya wied? ha ha ha...

hidoep@perjoeangan said...

Kambingnya gak sempat dipotong karena udah dijual duluan. Ha....:) Lagian mana tega sih motong peliharaan sendiri?