Tuesday, March 4, 2008

Sepak Bola Gajah

Sepak bola gajah adalah olah raga sepak bola yang dimainkan oleh gajah. Biasanya untuk menghibur para pengunjung kebun binatang atau untuk atraksi meriah lainnya. Intinya untuk memeriahkan suasana. Sentra Gajah Waykambas, Lampung adalah salah satunya. Gajah-gajah disana memang dilatih olah raga apa saja. Tapi yang paling menarik tentunya sepak bola. Apalagi bola adalah olah raga paling merakyat.
Atraksi sepak bola gajah memang selalu seru & menarik, tapi kalau sepak bola gajah ini diperagakan manusia jelas-jelas tidak ada menariknya bahkan cenderung menjijikkan. Apa sebabnya? Karena dalam sepak bola gajah tidak ada sportivitas, kolektivitas apalagi fair play. Yang ada cuma total defensif football. Kita tentu masih ingat, tragedi Piala Tiger II di Vietnam beberapa tahun silam. Untuk menghindari tuan rumah Vietnam, Mursyid Effendy memasukkan bola ke dalam jala sendiri dengan sengaja. Walau tetap lolos ke babak selanjutnya, Indonesia kalah 3-2 dengan Thailand. Tindakan Mursyid mengundang cemoohan dari seantero tanah air. Karena desakan massa, PSSI pun menjatuhkan sanksi berat.
Sebenarnya, PSSI pun saat ini sedang dan masih melakukan sepak bola gajah ini. Kengototan Nurdin Halid mempertahankan kursinya walau sedang mendekam di penjara adalah realitasnya. Bahkan seorang Slepp Blatter ketua FIFA (badan sepakbola dunia) pun tak digubris. FIFA mengancam akan membekukan PSSI dan mencoret Indonesia dari percaturan sepakbola dunia jika tetap dipimpin oleh seorang narapidana. Bahkan dari situs FIFA, nama ketua PSSI ini sudah di-delete. Kebandelan sebagian besar pengurus teras PSSI yang mempertahankan Nurdin Halid juga mengundang seribu tanya. Tak jelas apa alasan mereka. Nugraha Besoes, Sekjen PSSI sepanjang masa, mengatakan bahwa tidak diatur dalam AD ART PSSI tentang status ketua umum. Entah narapidana, tersangka, apalagi terdakwa, selama dia mau ya silahkan. Lantas pertanyaannya adalah apakah pantas jika sebuah organisasi nasional dipimpin seorang tersangka korupsi? Contoh baik apa yang bisa dipetik dari seorang koruptor? Oklah jika memang dari item putih gak bisa diotak atik (padahal sering kali AD ART itu sih dibikin menyesuaikan saja). Artinya jika desakan mundur Nurdin sekarang begitu menggebu di masyarakat, pengda-pengda PSSI bisa mengadakan yang namanya munaslub untuk melengserkan Nurdin. Tapi sayang, action nyata belum kunjung datang meski dukungan menuntut Nurdin mundur terus berkumandang.
Kebobrokan PSSI tak cuma berhenti sampai disitu. Belum lama PSSI membuat dunia tercengang dengan meniadakan promosi degradasi dalam kompetisinya. Aneh bin ajaib. Di negara manapun yang ada baik dan benar kompetisi sepak bolanya, semua mengenal promosi & degradasi. Inggris negara asal sepak bola mengenal premiere league, championship, dst. Italia, negara juara dunia 06, mengenal Serie A, B, C, dst. Nah kalau di Indonesia itu semua tak ada. Padahal yang membuat sebuah kompetisi itu menarik adalah perjuangan untuk merebut posisi pertama, bertahan atau bahkan degradasi ke level yang lebih rendah. Hanya tim terbaiklah yang berhak menyandang gelar juara. Nah jika tidak ada yang diperjuangkan dalam sebuah kompetisi, buat apa kompetisi itu diadakan? Jawabannya cuma satu: Hanya pemborosan saja. Apalagi hampir semua klub bola di Indonesia cuma mengandalkan dana APBD yang asalnya dari rakyat. Jadi mereka memakai uang rakyat hanya untuk sebuah kompetisi yang tak bermutu. Dana yang digelontorkan pun tak sedikit. Untuk mengontrak pemain asing saja kisarannya 1 - 2 M per orang per musim. Sebagai ganti dari promosi degradasi, PSSI menggelar apa yang mereka sebut Liga Super. Terminologi super secara awam itu adalah TERBAIK. Apanya terbaik jika begitu kondisinya?
Nah bisa diterka ujungnya, dengan carut marutnya kompetisi seperti itu, prestasi sepak bola Indonesia pun tak beranjak dari tawuran suporter, pembakaran stadion, pemukulan wasit, dll. Mungkin memang lebih baik nonton sepak bola gajah daripada kompetisinya PSSI!

No comments: