Monday, March 17, 2008

Anarchy

Anarchy itu artinya tanpa pemerintahan. Bebas merdeka tanpa aturan. Itulah yang menjadi paham bagi anak-anak punk. Kita sendirilah yang berhak mengatur diri kita sendiri. Tak ada aturan apalagi pemerintahan. Dari luar dandanan mereka “menyeramkan”. Rambut gimbal, kadang juga model Mohawk, kusam, jarang mandi, dekat minuman keras, dan seabreg emblem negatif ditujukan kepada mereka. Punk memang identik dengan kebebasan. Ekspresi kebebasan itulah jalan hidup mereka. Bebas mengatur diri sendiri tanpa tergantung orang lain apalagi pemerintah. Paham ini aku dapatkan dari anak punk sendiri. Anarchy inilah yang menjadi jiwa punk. Memang tak dipungkiri banyak juga diantara mereka yang hanya sekedar ikut-ikutan kawan. Prinsipnya anak punk ingin mengatur dirinya sendiri.

Jika direnungkan sejenak, paham ini rasanya kok hampir sama dengan yang sekarang bangsa ini alami. Rakyat harus berjuang sendirian di medan pertempuran. Harga terus melambung tinggi, susu terigu dan serangkaian bahan pokok lainnya. Pemerintah seraya tak berdaya menghadang harga-harga. Ketika harga minyak dunia terus merangkak, pemerintah pun tak kuasa mencari terobosan. Malah mereka berencana menaikkan BBM. Bisa diduga, naiknya BBM berarti pula naiknya kebutuhan lainnya. Ujung-ujungnya makin berat saja beban rakyat ini. Kalau pemerintah hanya bisa menaikkan harga, itu sama artinya pemerintah membunuh rakyatnya sendiri pelan-pelan. Pemerintah cuma mikirin perutnya sendiri bukan perutnya rakyat. Bukankah pemerintahan itu sebagai manifestasi dari pelayanan publik alias public servant?

Ketika banjir menerjang Jakarta beberapa waktu lalu, pemerintah mengkambinghitamkan curah hujan yang tinggi. Ketika sekarang banyak jalanan ibukota yang berlubang, pemerintah juga menyalahkan pemotongan anggaran perbaikan oleh DPR. Selalu saja mencari alasan. Berbagai alasan selalu dicari pemerintah tanpa pernah mau mencari solusinya. Jika pemerintah hanya bisa mencari kambing hitam, untuk apa mereka menjadi pejabat publik? Mereka seolah lupa bahwa yang menggaji mereka itu duit rakyat. Mobil yang dinaikinya itu bensinnya hasil patungan 200an juta rakyat. Ringkasnya pemerintah gagal melindungi rakyatnya. Lantas apa gunanya ada pemerintah? Bukankah pemerintah berkewajiban menyejahterakan rakyatnya? Memberi rasa aman rakyatnya? Tapi mengapa masih saja ada anak & gelandangan di pinggir jalan, kasus busung lapar, dll. Kemana saja mereka yang ketika berkampanye menjanjikan “perubahan”. Jangan-jangan mereka sekarang sudah berubah. Berubah menjadi lupa?!

No comments: