Friday, December 15, 2017

Zaman NOW

"Eh jangan langsung makan, kita fotoin dulu ya buat IG" itulah sekelumit obrolan anak-anak remaja di meja sebelah. Cekrek upload, biar kekinian.  Eksistensi jadi yang utama bagi anak-anak ini. Tak heran saban libur mereka berduyun mengunjungi tempat-tempat yang intagramable. Soal budget? Rasanya selama bisa eksis, berapapun akan diupayakan. Makin banyak yang likes di IG, makin senang hatinya. Selain jumlah likes, kesohoran anak sekarang juga ditentukan seberapa banyak followers di sosial media kita. Semakin banyak followers indikasinya semakin sukses. Saya pernah tanya seorang kawan yang followers IG-nya sudah menginjak angka 10.000 lebih. "Dapat apa dari followers sejumlah itu?" tanya saya. "Belum dapat apa-apa" ungkapnya. "Paling cuma barter produk aja, belum yang bener-bener jadi endorse" tambahnya. "Itupun juga dapat dari teman atau saudara aja". 

Lain lagi kawan lain yang sedang merintis menjadi youtubers, terutama soal make up. Hampir tiap minggu dia mengeluarkan review produk-produk make up terbaru. Karena tuntutan, barang-barang dan tempat tongkrongannya juga tak boleh sembarang. Karena menyangkut image. Entah darimana dia membiayai "tuntutan" itu semua. Sementara tawaran jadi "artis endorse" juga belum menghampiri. 

Sosmed-pobia, demikian saya menyebutnya. Istilah yang juga naik daun belakangan. Kita dengan mudah menemukan aktivitas teman-teman sejawat. Dengan menyantap sosial media kawan kita, entah disadari atau tidak, kita pun terbawa untuk melakukan hal yang sama. Ingin segera menikmati "pengalaman" yang sudah dialami kawan kita ini. Celakanya tak jarang yang melakukan karena hanya sekedar gengsi. Hanya sekedar tak di cap ketinggalan jaman. Sehingga segala cara dipakai, termasuk dengan berhutang. Repotnya lagi kartu kredit dengan mudah menawarkan "pinjaman" ini, yang bunganya mencekik leher. 

Kalau saya pribadi lebih suka tulisan di bak truk yang tempo hari lewat. "urip kuwi ora perlu tenar, ora perlu sangar, sing penting rejekine lancar" 

No comments: