Wednesday, March 6, 2013

Belajar Jualan

Belakangan ini untuk menambah kesibukan juga tentunya pemasukan, aku belajar berjualan. Minyak goreng kelapa, telur ayam kampung organik, dan tahu organik yang aku pilih. Mengapa memilih jenis barang ini? Karena berkaitan sama kebutuhan perut. Aku menyakini, semua hal yang berkaitan sama perut manusia pasti ada peminatnya. Lihat saja berapa banyak warung makan dibuka? Ternyata laku aja. Ini bukti kalau manusia adalah rajanya makan.

Belajar jualan juga belajar menata mental kita. Bagaimana menghadapi konsumen yang "rewel", juga bagaimana menghadapi mereka yang menawar jauh dibawah harga modal kita. Semuanya membawa pelajaran tersendiri. Setidaknya yang aku rasakan sendiri. Belajar berjualan membuat pikiran kita "mletik". Belajar membuat pikiran kita terus berkembang. Apalagi kalau kita juga dikelilingi orang-orang yang sama-sama "mletik" pikirannya. Pasti kita tambah semangat.

Twitter adalah salah satu tempat belajar. Tidak perlu bayar, tapi kita dapat ilmu banyak. Kita hanya perlu mem-follow orang-orang yang kita anggap bagus untuk diikuti. Kalau tidak cocok ya tingga unfollow saja. Beres. Ringkas padat. Belajar berjualan juga saya ilhami dari tweet sadizz Mas Kingkong Saptuari Sugiarto. Dia yang sudah sukses dengan bisnis kedai digitalnya, juga merambah kaos @joggist (jogja istimewa) dan yang terakhir warung baksonya. Salah satu tweet dia yang bikin mringis kalau mau mulai bisnis itu jangan kebanyakan alasan. Gak perlu modal besar. Apa yang kita punya bisa jadi modal. HP buntut juga bisa jadi modal. Yang penting gak perlu gengsi. Lha wong gak nyolong kok gengsi. Lha wong gak korupsi kok malu?

Hal ini pula yang aku praktekan selama ini. Di awal sama sekali tak terbayang. Ketika sedang liputan ke Jogja, tentang ragam produk olahan kelapa, tiba-tiba Mas Arief (narsum yang aku liput) menawarkan untuk membantu menjual produknya, minyak goreng kelapa. Setelah BBM beberapa teman, sambutannya lumayan. Pulang dari Jogja aku membawa pesanan 3 lusin (1 lusin lagi akhirnya dikirim via kereta). Dan semuanya berjalan sampai saat ini.

Belajar jualan tak harus mengikuti seminar mahal yang harganya jutaan rupiah. Cukup mengikuti, mencermati twitter orang-orang  yang berpengalaman saja sudah cukup. Tinggal kita praktekkan ilmunya. Belajar jualan juga belajar bahwa suara konsumen adalah suara tuhan. Bahwa konsumen itu adalah raja. Karena konsumen kita bisa jualan. Karena konsumen kita bisa belajar.


No comments: