



Apa yang dilakukan hampir mirip dengan perjalanan Che mengeliling benua Amerika Selatan dengan sepeda motor buntutnya, namun kali ini Mark melakukannya dengan jalan kaki dan menumpang. Mark berseloroh, kalau dulu Che berkeliling untuk melakukan perubahan bagi dunia, namun ia berkeliling untuk merubah dirinya sendiri.
Setelah dari Jakarta, ia berencana melanjutkan langkah kakinya ke seluruh penjuru Indonesia. Beberapa tempat sudah menjadi incarannya. Borobudur, Bromo, Bali adalah tempat-tempat yang ingin dituju, selain tentu daerah-daerah lainnya termasuk Papua. Ketika kami mendengar rencananya ke Borobudur, seketika kami bermaksud membelikannya tiket kereta api menuju Jogja. Namun dengan cepat niat baik itu ia tepis. Ia ingin tetap berjalan kaki dan menumpang saja hingga menuju Borobudur. "Kalau mau drop saja, saya di luar kota Jakarta" pintanya.
Total ia sudah meninggalkan Rusia sejak 1 tahun 5 bulan yang lalu. Mark memutuskan berjalan kaki karena ia ingin menyelami kehidupan orang-orang yang ditemuinya. Dengan berjalan kaki, ia bisa mengenal seluk beluk kehidupan masyarakat suatu daerah. "Hal ini tentu tidak akan bisa ditemui ketika kita menjadi turis" ujarnya. Lanjutnya, ketika kita menjadi turis yang terlihat sepertinya selalu indah. Tentu kita tidak bisa menyelami kehidupan dari obyek wisata itu.
Walau hanya sebentar, pertemuan dengan Mark terasa begitu dekat. Tidak neko-neko itu pula yang menjadi cirinya. Itu terlihat ketika kami ajak dia makan di warung tegal. Walau menjadi pusat perhatian di warung itu, ia dengan santai melahap. Ketika ia minta ditemani mencari sandal, ia pun mencari yang murah dan awet.
Diakui atau tidak, perjalanan Mark adalah perjalanan spiritual. Perjalanan praktik meditatif yang tidak pasif, namun aktif mengenal dan menyelam ke dalam suatu masyarakat yang ditemuinya. Memerdekakan diri dari silang sengkarut hidup itulah yang dilakukan Mark. Merdeka untuk memilih "berjalan kaki". (foto by Mark).
No comments:
Post a Comment