Tuesday, February 13, 2018

Mana senyummu?

Minggu lalu, saya mengantar mertua perpanjang paspor di kantor imigrasi di Kota. Sengaja datang lebih pagi. Sekilas tak ada yang banyak berubah. Tapi begitu masuk ke kantor pelayanan, ternyata bangunan sudah jauh lebih tertata. Musola, tempat foto kopi, juga kantin nyempil tertata. Lebih kinclong. 

Seorang satpam kurus tampak melayani warga. Meski sudah banyak terpampang alur sistem pengurusan paspor, tak sedikit warga yang bertanya memastikan. Seketika beberapa orang yang baru datang juga mengerubungi. Salah satu orang menanyakan, apakah bisa daftar manual? Karena sudah beberapa hari daftar online tidak bisa. Saat ini, semua harus online. Jadi tidak ada manual lagi. Untung jauh hari adik ipar sudah mendaftarkan perpanjangan paspor mertua via online. Di sana juga tertera jam berapa kita harus datang, jadi tidak perlu takut untuk tidak dilayani. Dan khusus untuk lansia, di atas 60 tahun, ada jalur khusus untuk mendapat nomor urut. 

Setelah data diisi, kita lalu ke gedung A untuk menunggu panggilan. Pegawai belum banyak yang datang. Maklum belum jam 08.30. 15 menit kemudian nama mertua di panggil. Di loket 1, mertua hanya diminta foto dan cap jari saja. Setelah itu keluar. Kami menunggu untuk mendapat lembar kuitansi pembayaran. Jika dulu ketika saya memperpanjang paspor harus membayar di BNI (yang jaraknya lumayan dari kantor imigrasi), tapi kali ini kami membayar di mobil pos yang berjaga di pelataran parkir kantor imigrasi (helpfull banget nih). Setelah bayar, kami tak perlu melapor lagi. Tinggal mengambil paspor baru minggu depan. 

Dari semua pelayanan hari itu, semuanya sudah sangat baik. Catatan kecil saja, petugas loket perlu dibekali cara tersenyum. Karena ketika melayani kami, tak ada sedikitpun senyum dari petugas yang melayani. Apa susahnya tersenyum?

No comments: