Friday, October 11, 2013

alasan

Sebuah sore. Sebuah percakapan. Dua orang berseberangan telepon genggam saling berjanji. "Pokoknya barangnya harus dikirim besok ya Mas"ujarnya. "Iya besok pasti dikirim"sahut suara di seberang. Klek. Telepon genggam tak lagi bersuara. 

Selang keesokan, barang yang dijanjikan belum jua datang. "Mas gimana barangku kok belum dikirim?, padahal janjinya kan hari ini". Suara di seberang tersahut, "iya nih karyawanku ada yang gak masuk". Bla bla bla #

Kita semua pasti atau setidaknya pernah memberikan beribu alasan untuk sebuah janji yang tidak bisa kita tepati. Entah karena beragam sebab. Alasan pasti kita cari. Kambing hitam selalu kita cari. Alasan kita bikin agar kita "lolos" dari hukuman atas janji yang tak kita tepati. Alasan adalah cara kita berkelit untuk bebas dari hukuman. Koruptor atau bandar narkoba juga mencari beribu alasan agar lolos dari palu sidang hakim. Meski sudah terbukti bersalah, mereka akan selalu mencari cara untuk setidaknya meringankan hukumannya. Lagi-lagi alasan yang dipakai. 

Sakit bisa kita jadikan alasan untuk tidak masuk kerja. Padahal mungkin tidak sakit betulan. Sama halnya, koruptor ketika tertangkap, semua mendadak beralasan "sakit". Alasan, entah beribu cara, akan dan akan selalu dipakai untuk mengelabui janji yang sudah terucap. Seorang suami akan beralasan macet ketika terlambat menjemput istrinya belanja. Lagi-lagi alasan yang berasal dari luar diri kita. Seorang terlambat kerja, beralasan jalanan macet, padahal nyatanya yang bersangkutan memang terlambat bangun.

Kita sering sekali tidak mau mencari alasan dari dalam diri. Kita tidak pernah mau jujur mengakui memang kesalahan pada diri kita. Kita selalu mencari alasan yang berada diluar diri kita. Kita terlambat memang karena kita telat bangun, bukan karena jalanan macet. Kalau memang sudah tahu jalanan macet, mengapa bangun siang? 

Mari mencari alasan yang berasal dari diri kita. 

No comments: