Sunday, January 4, 2009

Cak Munir

Cak Munir yang terbaring,
Penghujung tahun kamu dapat kado "istimewa" Cak. Segepok kado yang tak membuat istrimu nyenyak tidur. Aktor utama pembunuhmu di vonis bebas. Lengkap sudah rasanya awan kelabu di balik kematianmu. Makin berat saja terungkap ajalmu nan misterius itu. Mata rantai nan panjang itu ternyata harus dihentikan di tangan seorang saja Cak. Padahal kamu dan kita menyakini bahwa rantai itu masih menyisakan tuas-tuas lainnya. Justru tuas ini dipaksa berkarat dan terputus.

Cak Munir,
5 tahun sudah berlalu dari geger beritamu Cak. Ajal tiba-tiba menitikkan sejuta air mata. Air mata itu kini harus tumpah lagi. Kasusmu tak kunjung menemui titik terang. Padahal, terang itu mestinya menjadi hak anak dan istrimu. Sebaliknya, terang itu sengaja dibikin gelap dan makin gelap. Padahal SBY pernah bilang kalau
penyingkapan kasusmu ini sebagai test of our history. Nyatanya tetap saja Cak. History bangsa ini memang tak pernah berpihak pada orang kecil.

Cak,
Buram lampu jalanan malam itu, sepertinya seburam siapa aktor penjagalmu Cak. Tapi kita masih yakin, di ujung sana terbersit sinar kecil. Sebuah harapan akan terungkap. Entah kapan Cak. Istirahatlah dengan tenang Cak. Doakan perjuangan kawan-kawan mengungkap tabir ajalmu menuai hasil.

Selamat tidur Cak. Semoga prajurit HAM yang kamu tinggalkan segera menjadi panglima yang gagah perkasa.

*) atas vonis bebasnya Muhdi PR.

No comments: