17 Mei adalah hari kamis. Yang menggembirakan, hari itu tanggal merah. Jadilah hari libur yang sangat menyenangkan karena jatuh ditengah minggu. Namun sayang, hari "senang-senang" itu ternoda oleh ulah seorang mahasiswa tak tahu aturan alias ugal-ugalan. Ketika lampu pengatur lalu lintas menyala merah dan semua kendaraan berhenti, dia malah melaju kencang. Entah karena meleng atau apa, lampu merah dia terjang. Dan tabrakan pun tak terhindarkan. Karena pada saat yang sama melaju beberapa kendaraan dari arah pertigaan. Setelah polisi datang, baru ketahuan ternyata dia tak ber-SIM. Tololnya lagi, ketika itu dia berniat melarikan diri dengan mengatakan kepada polisi, apakah dia bisa pulang bawa motornya? Polisi dengan ketus menjawab " Yang boleh naik kendaraan itu yang punya SIM, lha kamu punya SIM gak?"
Bayu. Itu nama si anak tak tahu aturan itu. Ngakunya kuliah si UKI, Cawang. Perawakannya kecil, tapi polahnya seperti anak kecil. Tengil banget. Aku masih sempat ingin meninjunya jika kaki ini masih kuat berdiri. Tapi apa daya. Seluruh badan terasa lemas dan sakit.
"Pak mau ke Carolus apa RSCM?" tanya polisi.
"Carolus aja Pak" pintaku kesakitan. "Kalau di RSCM bisa gak dirawat aku" batinku.
Di perjalanan ke RS, aku menyempatkan diri mengabari "berita" ini ke teman-teman kos. Dan seketika mereka ke lokasi kejadian. Ada yang berurusan dengan polisi, juga ada yang ke Carolus. Singkatnya akhirnya aku harus "mondok" di Carolus. Setelah "berdebat" karena kelambanan pelayanan, aku diberikan pertolongan pertama. Badan, terutama kaki dan tangan rasanya sakit luar biasa. Dan benar saja. Hasil rotjen menunjukkan, telapak kaki kanan dan jari tangan kiriku retak. Esok pagi-pagi dokter baru datang ke bangsalku. Tak sampai 5 menit memeriksanya. Aku pun tak sempat bertanya. Yang dia sarankan hanya satu. OPERASI. Hah, operasi? Terbersit dikepalaku ketika aku liputan ke ruang operasi. Rasanya tidak enak. Liputan saja tidak enak, apalagi yang jadi pasien. Duh kalau bisa jangan deh. Setelah diskusi dengan teman-teman, aku putuskan untuk menggunakan jasa pengobatan alternatif saja.
Sementara itu, motor kami berdua di tahan polisi. Bayu dan keluarganya beberapa kali aku hubungi. Tujuannya cuma satu segera menyelesaikan masalah kami. Aku mau Bayu tanggung jawab. Itu saja. Teserah gimana caranya. Akhirnya Bayu dan ibunya datang ke rumah. Awalnya mereka mau menyelesaikan masalah ini secara "kekeluargaan". Tapi aku tak mau. Enak aja dia yang salah kok gak mau tanggung jawab. Aku cuma kasih dua pilihan: mau nyembuhin aku atau motor? Setelah timbang sana-sini, akhirnya dia memutuskan untuk membantu memperbaiki motorku. Hitung punya hitung si hitam rusaknya parah juga. Bengkel langganan segera cek dan setelah beli ini itu habisnya lumayan juga. 1,5 juta. Awalnya Bayu mengajukan keberatan. Tapi aku gak mau tau. Ya itu konsekuensi dari kecerobohan Tong. Makanya kalau naik motor mesti tau aturan! Merah tuh artinya berenti bukannya nyenolong. Emangnya kampung engkong lu!
No comments:
Post a Comment