Tuesday, July 2, 2019

Gukguk


Poni
Gukguk betina warna hitam putih. Anjing kampung yang hampir selalu mengiringi langkah bapak ke sawah. Beberapa kali melahirkan, tapi semuanya berpindah ke tangan orang. Yang saya ingat Poni pernah menangkap garangan pemakan padi bapak. Garagan ini kita bawa pulang untuk dimasak. Bagian kepala jadi hadiahnya. Poni mati karena ditabrak motor tak jauh dari rumah. Maklum rumah kami di pinggir jalan raya. Saya ingat penabrak luka cukup banyak. Begitu juga motor Binternya rusak parah.

Bandit
Setelah Poni, kita kedatangan Bandit. Anjing kampung berwarna coklat. Sebelum sekolah saya biasa buatkan tajin untuk sarapan. Sepulang sekolah, Bandit biasa sudah menyambut di depan pintu. Minta makan juga main. Tapi Bandit gak lama bersama kami. Bis mini menyambarnya di siang bolong, setelah saya ajak main. Sempat saya gendong, tapi tangan saya justru digigit erat. Berdarah. Sementara saya disuntik dokter, Bandit akhirnya berpindah alam tak lama kemudian.

................
Namanya lupa, tapi anjing kampung ini jadi penjaga di asrama kami. Lumayan galak karena sering mengejar orang yang lewat. Ada yang cerita kalau anjing ini pernah menggigit orang. Tapi saya tidak melihat langsung. Akhirnya hidupnya saya tidak ingat jelas.

Boy & Moli
Ketika kuliah di Semarang, rumah pacar yang kemudian jadi istri saya memelihara Boy & Moli. Duo jantan-betina. Boy berperawakan tinggi besar, berwarna coklat menawan. Sementara Moli agak gemuk, tapi pendek berbulu hitam legam. Boy & Moli juga ikut diboyong ke Jakarta ketika keluarga mertua pindah ke ibukota. Tetelan babi kesukaan meraka.  Setelah beberapa tahun bersama, Boy & Moli juga akhirnya berpindah alam karena usia. Mereka kami titip kremasikan di drh Cucu Kartini Sajuthi, Sunter, Jakarta Utara.

Bruno-Bruto
Pasca Boy & Moli, mertua sebetulnya ingin istirahat berurusan dengan anjing. Tapi saudara jauh mengabari kalau butuh pengasuh Bruno, anjing golden retriever, karena anaknya akan studi ke Australia. Lengkap dengan surat lahirnya. Baru tahu juga ternyata anjing juga ada surat lahir. Hehehe..:)
Bruno berganti nama menjadi Bruto di keluarga kami. Bulunya coklat emas berkilau. Terlebih ketika setelah mandi. Jika dulu di pengasuh lama, Bruno biasa makan dogfood, Bruto kita biasakan makan nasi. Awalnya tidak mau makan, tapi lambat laun, apapun yang ada di piringnya tandas tanpa sisa. Ini yang saya suka. Bruto juga sangat familiar dengan anak kecil. Terlebih waktu itu anak kami yang pertama baru lahir. Bruto masih sekitar 7 tahun, tapi entah kenapa tiba-tiba sore itu lemas dan akhirnya tak tertolong. Padahal paginya masih seperti biasa bermain dengan orang serumah. Kata dokter hewan, Bruto terkena serangan jantung. Karena drh Cucu penuh, Bruto empat kami bawa ke dokter hewan di Pluit, tapi biayanya sangat mahal. Setelah browsing sana-sini, Bruto akhirnya dikremasikan di Pondok Pengayom Satwa, Ragunan. Tak jauh dari kebun binatang. Jika di tempat drh Cucu, keluarga terima beres, di Pondok Pengayom Satwa, bekas abu kremasi harus diambil lagi keluarga. Karena kesibukan, abu kremasi Bruto lama tidak kami ambil. Sampai suatu malam, mama mertua bermimpi kalau Bruto berdiri di depan pintu. Hari berikutnya kami ambil abu Bruto dan ditanam sebelah pohon alpukat depan rumah.

Coco
Setelah Bruto, keluarga memutuskan betul-betul ingin istirahat dengan anjing. Tapi kejadian yang saya dan istri alami di sebuah pagi, lagi-lagi membuat kami harus berurusan dengan makhluk ini. Sepulang berkegiatan, saya melewati jalan biasa. Tapi tiba-tiba seekor anjing coklat putih masuk ke kolong motor. Sempat terseret. Tapi akhirnya berhasil meloloskan diri. Padahal motor juga tidak kencang. Sekitar 20 KM/jam saja. Karena berburu waktu, saya dan istri tidak begitu menghiraukan. Tapi sesampai di rumah, istri justru kepikiran dengan anjing ini. Setelah berkabar membatalkan kegiatan yang sedianya dia ikuti, istri justru mencari anjing malang ini. Badannya tercebur ke selokan. Baunya campur aduk. Segera dibopong ke rumah untuk dimandikan. Setelah bersih baru ketahuan, anjing ini kulitnya juga bermasalah. Drh Cucu yang di Green Garden jadi rujukan untuk melihat lukanya. Takut ada apa-apa. Hasil rotjen berkabar baik. Tidak ada luka serius di badannya. Dokter justru concern dengan penyakit kulitnya. Selain juga soal makanannya. Karena terbiasa di jalanan, sampah sudah jadi makanan sehari-hari. Dokter menyarankan observasi seminggu. Jika tidak terjadi apa-apa, berarti aman. Selang seminggu, kita bermaksud memulangkan anjing ini ke pemiliknya. Di gang yang sama, kami tanya beberapa orang. Tapi tak satupun petunjuk siapa pemilik anjing ini. Akhirnya anjing ini kami bawa pulang. Coco jadi namanya, karena corak coklatnya lebih dominan dibanding putih. Meski sering mbrobos pagar, Coco juga banyak membantu menjaga rumah. Apalagi kalau ada orang datang. Dia bertugas seperti bel rumah.  

No comments: