Sunday, March 3, 2019

Sut

Sut. Perjalananmu di dunia baru aja selesai. Minggu siang kemarin kamu sudah melanjutkan perjalanan. Aku masih ingat pertama kita ketemu. Setelah itu beberapa kali diskusi sana-sini. Idealis cenderung keras kepala, mungkin itu yang aku lihat dari setiap pembicaraan kita. Sikapmu ini banyak orang salah artikan. Termasuk keluargamu. Aku masih ingat betul juga, salah satu pakdemu yang sudah punya jabatan sebagai ASN, sampai minta aku untuk nasehati kamu supaya kamu mau masuk jadi ASN. Pakdemu juga sambat betapa dirimu susah diajak diskusi sesuai frekuensi mereka. Aku juga masih ingat, diri hari itu kamu distop polisi karena motor buntutmu tak jua diperpanjang pajaknya. Sudah kutawarkan untuk menginap saja, tapi kamu ngeyel pulang. Suara motor buntutmu sepertinya sudah cerita juga kalau dia gak pernah kamu bawa ke bengkel.

Sut. Kamu ingat gak? Ketika kita masih berkantor di mangga dua. Tapi kamu tinggal di Pondok Labu? Aku yang serba praktis, cuma bisa  geleng-geleng kepala dengar penjelasanmu. “Jadi anak selatan itu keren” katamu terkekeh. Jalur Blok M-Fatmawati yang macetnya tiap hari aja sudah bikin perut mules. Tapi kamu keukeuh memilih. Meski aku juga tahu, ternyata justru di Metromini buntut itu, kisah asmaramu sama gadis selatan berkembang, meski akhirnya layu juga.

Sut. Kita sering kali saling mencibir satu sama lain. Tak kupungkiri itu. Dirimu yang ngotot mengembangkan media komunitas, meski tentu banyak lika-liku, sebagaimana yang aku dkk alami juga. Tapi dari sana kamu terus bergerak. Dan pada akhirnya ketika kamu dihadapkan pilihan tetap bekerja kantoran atau mengembangkan portal Buddhazine, kamu pilih pilihan kedua. Meski aku juga tahu, tanpa modal, tanpa biaya yang memadai, cuma modal nekat dan tekad. Lambat laun, portalmu menggeliat. Saya dengar beberapa orang tertarik menanamkan modalnya. Dan dari portal ini juga banyak orang melihat kiprahmu. Meski aku tahu, karena portal ini pula kamu berkorban untuk banyak hal. Dan memang terbukti, portalmu makin ngehits di jaman onlen-onlen begini. 

Sut. Aku dengar kamu terbaring sakit. Kamu bilang cuma usus buntu. “Paling habis operasi ini, beres”ujarmu enteng. Setelah itu kita sempat bersua lagi di vihara kelapa gading. Masih nenteng kamera kebangganmu, tapi memang udah gak segagah dulu. Gerak langkahmu juga gak liat lagi. Sorot matamu juga terlihat menahan sesuatu. Setelahnya bergulir cerita soal bolak-balik rumah sakit yang aku dengar. Ketika kita ingin membantu sedikit dana, kamu sepertinya juga gak mau. Dirimu memang gak mau merepotkan orang.

Sut. Rabu malam kemarin kita bersua. Ditopang ranjang kamar 409, kamu masih ngikuti pertandingan bola. Hari itu yang main PSM Makassar vs Home United. Sesekali matamu ke tv, sesekali entah kemana. Helaan nafas panjang beberapa kali aku dengar. Dari suster yang jaga kamu, ternyata banyak sekali orang yang sudah menjenguk. “Malah gak bisa istirahat”sahutmu. Sorot matamu sudah membaik. Semangat untuk sehat juga terlihat. Meski pada akhirnya, kamu dikalahkan sakitmu. Tapi aku yakin, semangatmu masih tertinggal disini untuk terus menginspirasi orang-orang bahwa berbuat sesuatu lebih baik daripada mikirin diri sendiri.

Sut. Sugeng tindak masbro. Semoga perjalananmu selalu dilimpahi kebahagiaan.

konco lawas,

No comments: