Monday, June 18, 2018

Domino

Bergincu merah tebal wajah itu tanpa ekspresi. Bedaknya tercecer siang. Kaca mata peraknya tak memungkiri kepenatan ritme kerja. Lelah sepertinya bersuara dari seberang sana. Topi hitam menambah gelayut letihnya. Tanpa basa-basi, disambarnya pesanan yang tertera di layar mungil. Sekali lagi tanpa ekspresi. "Tunanya cuma ada pedas" sergahnya terpaksa. Ekspresinya tak jua berbuah ketika tiga lembar biru berpindah. "Tunggu 15 menit"ujarnya kecut. Bayangannya segera bertukar ke ruang adonan. 

Lalu lalang orang seperti membisu. Tak ada tegur "selamat datang" terdengar. Sunyi, sepi. Yang baru pulang mengantar juga terlihat letih. Mungkin hari ini kerja ekstra. Maklum mereka belum dapat jatah mudik. 

Adonan itu sudah berpindah dalam dua dus. Masih panas tapi cuma diikat seutas tali usang. Sekali lagi memastikan pesanan, tapi lirih tak bergairah. Dua dus adonan sudah berpindah tangan. Menantikan mulut di rumah melumatnya. Tentu melumat dengan gairah. Karena lapar. 

No comments: