Tuesday, December 10, 2013

Belajar Integritas

Mengawali tulisan ini saya ingin berbagi sedikit soal buku yang belum lama ini saya baca. Dan tulisan ini memang terilhami dari buku "Follow Your Passion" karya Muadzin, salah satu pendiri semerbak coffee (SC). Di buku ini dijelaskan bagaimana dia memulai usahanya mendirikan SC bersama kawan SMPnya. Benang merah buku ini adalah soal integritas. Ya integritas. Bagaimana perjuangan Muadzin ketika masih bekerja, namun juga dalam waktu bersamaan mulai merintis usaha kopinya ini. Seperti bagaimana dia mampu memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. Salah satunya yang patut diacungi jempol adalah dia memanfaatkan waktu istirahat untuk mengurus bisnis rintisannya. Makanan sengaja titip beli sama office boy, sehingga waktu istirahatnya maksimal untuk mengurus segala tetek bengek bisnisnya. Mulai dari desain pamplet, dll.  Dia sama sekali tidak korupsi mencuri-curi waktu kerjanya untuk mengurus bisnisnya. Dia juga tidak memakai alat kantor, bahkan sekedar telepon atau numpang printer untuk keperluan pribadinya. Sungguh luar biasa. Tak heran SC sudah menyebar ke berbagai kota. Bahkan di pojokan jalan juga sudah ada. Terakhir saya dengar, dia mulai membuka kedai kopi satu lagi yang dinamai Ranah Kopi. Meski saya belum pernah sekalipun mencicipi kopinya, tapi saya merasakan integritasnya yang tinggi melalui buku ini.

Dari buku ini, saya banyak berpikir. Termasuk juga tentang diri saya. Lalu berdentuman pertanyaan memborbardir diri. Berapa persen jiwa dan raga kita "betul-betul" tercurahkan untuk urusan kantor yang menggaji kita? Seberapa banyak potensi diri kita yang bener-bener kita serahkan untuk urusan kantor? Lalu berapa banyak juga waktu kita untuk "mencuri-curi" waktu dan berbagai fasilitas kantor untuk urusan pribadi kita?  Terlebih ketika banyak juga kita saksikan di sekitar kita yang justru melakukan perilaku curang. Menggunakan fasilitas kantor untuk urusan pribadi kita. Juga menggunakan waktu kerja untuk mengurusi urusan pribadi yang belum selesai. Termasuk juga untuk melihat, mencari barang-barang yang ingin kita beli? Rumah, mobil, baju, aksesoris, dll? Berapa banyak dari kita yang justru menggunakan telepon kantor untuk menelepon anak kita, keluarga kita, kerabat kita, teman kita? Mungkin banyak, mungkin juga tidak. Belum lagi banyak dari kita yang "melemparkan" pekerjaan utama kita dikantor ke orang lain, sementara diri sendiri justru asyik masyuk mengurusi keperluan pribadi. 

Seorang kawan bercerita, dia harus melakukan banyak pekerjaan sampingan karena tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Segera saya timpali dengan pertanyaan kalau tidak cukup mengapa masih disini? Sementara keberadaannya disini juga tidak maksimal?  

Saya tidak bermaksud menghakimi teman-teman. Saya sendiri juga masih belajar soal integritas ini. Silahkan teman-teman berkaca dan menilai diri sendiri.

www.wiedodo.blogspot.com

No comments: