
Dari buku ini, saya banyak berpikir. Termasuk juga tentang diri saya. Lalu berdentuman pertanyaan memborbardir diri. Berapa persen jiwa dan raga kita "betul-betul" tercurahkan untuk urusan kantor yang menggaji kita? Seberapa banyak potensi diri kita yang bener-bener kita serahkan untuk urusan kantor? Lalu berapa banyak juga waktu kita untuk "mencuri-curi" waktu dan berbagai fasilitas kantor untuk urusan pribadi kita? Terlebih ketika banyak juga kita saksikan di sekitar kita yang justru melakukan perilaku curang. Menggunakan fasilitas kantor untuk urusan pribadi kita. Juga menggunakan waktu kerja untuk mengurusi urusan pribadi yang belum selesai. Termasuk juga untuk melihat, mencari barang-barang yang ingin kita beli? Rumah, mobil, baju, aksesoris, dll? Berapa banyak dari kita yang justru menggunakan telepon kantor untuk menelepon anak kita, keluarga kita, kerabat kita, teman kita? Mungkin banyak, mungkin juga tidak. Belum lagi banyak dari kita yang "melemparkan" pekerjaan utama kita dikantor ke orang lain, sementara diri sendiri justru asyik masyuk mengurusi keperluan pribadi.
Seorang kawan bercerita, dia harus melakukan banyak pekerjaan sampingan karena tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Segera saya timpali dengan pertanyaan kalau tidak cukup mengapa masih disini? Sementara keberadaannya disini juga tidak maksimal?
Saya tidak bermaksud menghakimi teman-teman. Saya sendiri juga masih belajar soal integritas ini. Silahkan teman-teman berkaca dan menilai diri sendiri.
www.wiedodo.blogspot.com
No comments:
Post a Comment